Kamis, 01 Januari 2009

PATIH SENGKUNI

Patih Sengkuni adalah gambaran sempurna untuk iblis yang nyata bagi Pendawa

Sengkuni atau Arya Sengkuni adalah putra kedua Prabu Gandara raja negara Gandaradesa dengan permaisuri Dewi Gandini. Ia mempunyai tiga orang saudara kandung masing-masing bernama Dewi Gandari, Arya Surabasata dan Arya Gajaksa. Sengkuni adalah paman Kurawa yang perwatakannya Boreh, Tanggap, Climut, Mlenyak yang menggambarkan sifat-sifat Sengkuni yang tangkas (trengginas), pandai bicara (pinter micara), buruk hati (ala atine), dengki, jahil methakil, dan licik. Ia bukan saja ahli dalam siasat dan tata pemerintahan serta ketatanegaraan, tetapi juga mahir dalam olah keprajuritan. Di dalam pedhalangan sering disebut Sengkuni. Di Purwacarita dikenal dengan sebutan Trigantalpati. Tetapi di Pustakaraja disebut Arya Suman.
Berdasarkan penuturan buku Ensiklopedi Wayang Purwa, keluaran Balai Pustaka, suatu hari Arya Sengkuni mendapat berita kalau di negara Mandura/ Matura ada sayembara perang tanding dengan hadiah Dewi Kunti (Dewi Prita) yang sangat cantik dan rupawan.Sengkuni berkeinginan mengikuti sayembara tersebut. Selanjutnya Sengkuni berangkat ke negara Mandura ditemani saudara perempuannya, Dewi Gendari. Tetapi kedatangannya terlambat, sayembara telah dimenangkan oleh Pandhu dan Dewi Kunti telah diboyong menuju Astina.
Sengkuni lalu menyusul dan berhasil menemui Pandhu dalam perjalanan. Dewi Kunthi lalu diminta Sengkuni, tetapi Pandhu tetap tidak mau menyerahkan Dewi Kunthi. Akhirnya jadi perang tanding antara Pandhu dan Sengkuni. Sengkuni kalah dan menyerahkan saudara perempuannya, Dewi Gendari. Pengharapan Sengkuni, Dewi Gendari jadi istri Pandhu, dan dibelakang hari nanti bisa tinggal di negara Astina. Tetapi, Dewi Gendari jadi istrinya Drestarastra. Sengkuni merasa telah dikecewakan Pandhu. Dan ini merupakan awal bibit kebencian Sengkuni terhadap Pendhawa (anak-anak Pandhu).
Akhirnya Pandhu diangkat menjadi raja Astina dan berjuluk Prabu Pandhudewanata. Pemerintahan Pandhu tidak lama, setelah Pandhu surut, oleh Begawan Abiyasa kerajaan Astina dipasrahkan pada Drestarastra. Sengkuni lalu menyediakan segenap jiwa raga untuk menguasai kerajaan Astina.
Anak-anak Drestarasta disebut Sata Kurawa, selanjutnya dinobatkan sebagai para pangeran Astina. Anak sulung Kurawa, Duryudana, dinobatkan menjadi Prabu Anom/ Pangeran Adipati, calon raja Astina. Tetapi para Pandhawa, anak-anak Pandhu berhasil disingkirkan dari Astina, sehingga Prabu Duryudana bisa menguasai pemerintahan Astina.
Arya Sengkuni menikah dengan Dewi Sukesti putri Prabu Keswara raja negara Plasajenar. Dari perkawinan tersebut ia memperoleh tiga orang putra bernama: Arya Antisura (Arya Surakesti), Arya Surabasa dan Dewi Antiwati yang kemudian diperistri Arya Udawa patih negara Dwarawati.
Arya Sengkuni mempunyai pusaka berwujud Cis (Tombak pendek untuk memerintah gajah) yang mempunyai khasiat dapat menimbulkan air bila ditancapkan ke tanah.
Maestro manuver Kurawa atas Pandawa adalah Sengkuni. Permainan dadu atau di dalam pewayangan sering disebut Lakon Pandhawa Dhadhu yang kemudian kelak membawa kedua kelompok sepupu ini kepada sebuah peperangan terbesar di jagad ini, adalah Sengkuni agar semua yang dimiliki Pandawa berpindah tangan. Konon dadu Sengkuni terbuat dari tulang-tulang manusia.
Dalam perang Baratayuda, Arya Sengkuni diangkat menjadi Senapati Agung Kurawa setelah gugurnya Prabu Salya raja negara Mandaraka. Ia mati dengan sangat menyedihkan di tangan Bima. Tubuhnya dikuliti dan kulitnya diberikan kepada Dewi Kunti untuk melunasi sumpahnya. Karena ketika prastawa pahargyan Krukmandala, Sengkuni berani melanggar tata susila terhadap Dewi Kunti. kain penutup dada Dewi Kunti terbuka ketika berusaha melepaskan diri dari cengkraman Sengkuni. Dewi Kunti lalu bersumpah tidak akan menutupi dadanya kalau belum disyarati kemben dari kulit badan Sengkuni. Mayat Arya Sengkuni kemudian dihancurkan dengan gada Rujakpala.

3 komentar:

melynsalam mengatakan...

lohh.. bukannya yang kembennya lepas itu drupadi istrinya pandawa ya om?

ana baca dibuku yang lepas kembennya ituh drupadi, waktu yudhistira kalah main dadu itu.

apa emang versinya yang beda2??

DraCoola mengatakan...

he em, yg diputer-puter ditarik sampe copot kemben nya itu drupadi. bukan kunti.

Anonim mengatakan...

iya memang yang kebenya lepas itu durpadi, dan yang ngelepas nya adalah dursasana itu adegan pas pandawa kalah judi ma kurawa. nah kalo yang dewi kunti itu saat resi bisma membagikan minya tala untuk pandawa n kurawa. pihak kurawa gak bisa tertip jd suasana di situ jadi ricuh nah pas ricuh2nya sengkuni mengambil kesempatan ngrepe2 n ngeleps kemben kunti. maka dari itu dewi kunti bersumpah tidak akan memakai kemben selama kemben itu tidak terbuat dr kulit sengkuni.